Angka 0 memiliki arti penting dalam ilmu hitung, serta dalam
memaknai dan menilai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Angka 0 yang dalam
bahasa Inggris disebut zero berasal dari bahasa Arab “sifr” yang bermakna
“kosong”, sehingga angka 0 seringkali diartikan sebagai ketiadaan, kekosongan
dan kehampaan dalam diri dan kehidupan manusia. Menjadi tanda kekalahan dalam
sebuah pertarungan atau pertandingan, dan sering dianggap sebagai lambang
ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan peran kehidupan. Meskipun demikian,
angka 0 memiliki arti penting dalam mencapai kesempurnaan nilai sesuatu, serta
bisa menjadi simbol kemenangan bagi penyucian jiwa.
Secara
historis, ditemukannya angka 0 pertama kali oleh Al Khawarizmi merupakan
sebuah hasil pemikiran mendalam untuk menjawab masalah penghitungan bilangan di
masa itu. Menuliskan bilangan dalam jumlah besar, dengan menggunakan
angka-angka yang demikian rumit seperti angka Romawi sangatlah sulit. Jumlah
bilangan puluhan, ratusan hingga ribuan dalam angka Romawi masih bisa
dituliskan dan dihafal bentuknya. Misalnya, X (10), XX (20), C (100), M
(1.000). Namun, bila jumlah bilangan jutaan, milyaran, atau triliunan tentu
sangat sulit menuliskannya dalam angka Romawi. Karena itu, penemuan angka 0 ini
memiliki arti penting dalam penghitungan dan penulisan bilangan.
Al Khawarizmi berjasa dalam
ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tangent, persamaan linear dan kuadrat
serta kalkulus integral. Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) menjadi
rujukan tabel ukur sudut saat ini. Selain ahli matematika, ia juga ahli
geografi, sejarah dan musik. Karya-karyanya di bidang matematika terdapat dalam
Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Hasil karya
Al-Khwarizmi inilah yang kemudian menjadi rujukan dan mempengaruhi pemikiran
para ilmuwan Eropa, seperti Jacob Florence, serta Leonardo Fibonacci yang
kemudian lebih dikenal masyarakt dunia sebagai ahli matematika Al Jabar.
Penemuan angka 0 ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia karena
dengan angka 0 tersebut, kini kita dapat dengan mudah menuliskan jumlah
bilangan dari yang terkecil hingga yang tertinggi dengan bantuan angka 0.
Filosofi Angka 0
Angka
0 memiliki arti filosofis dalam diri dan kehidupan kita. Pertama,ketika
kita mengartikan angka 0 sebagai kelipatan, maka 0 berarti titik tolak untuk
melipatgandakan kemampuan kita, serta hasil yang ingin kita capai dari proses
upaya yang kita pilih dalam menyikapi dan melakukan sesuatu. Upaya atau cara
yang salah bisa menghasilkan kesalahan atau melipatgandakan kerugian. Demikian
pula sebaliknya, ketika upaya kita benar atau baik, maka hasilnya adalah
kebaikan yang berlipat dan kita menemukan banyak kebenaran.
Kedua, dengan
adanya angka 0, kita dapat mengenal nilai angka-angka lainnya. Angka 1 akan
bernilai lebih besar jika diikuti angka 0 menjadi angka 10. Dalam skala 1-10,
angka 10 merupakan nilai yang sempurna. Angka 0 membuat angka 1 lebih bernilai,
dan angka 1 bisa membuat angka 0 ada nilainya, yaitu 0 satuan. Hal ini
menunjukkan arti bahwa sesuatu memiliki manfaat, dan kebermanfaatan itu bisa
dinilai ketika sesuatu tersebut mampu mengisi kekosongan dan menutupi
kekurangan. Tanpa memahami kekurangan, kita tidak akan menggali dan mencari,
serta memanfaatkan kelebihan kita untuk menutupi kekurangan tersebut. Tidak
akan ada yang sempurna tanpa adanya yang tak sempurna. Nilai manfaat inilah
yang menjadikan sesuatu bermakna dan penting dalam hidup kita hingga bisa
menyirnakan kekosongan tersebut. Jika kita resapi dan kita hayati, fungsi dan
nilai kehidupan kita terletak pada memberi manfaat. Kebermanfaatan atau
kebergunaan kita dimulai untuk diri sendiri, keluarga, saudara, sahabat,
masyarakat, bangsa dan negara serta agama kita. Sebagaimana hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari“Sebaik-baik
manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”
Ketiga, angka
0 dalam sistem binary berarti tiada. Dalam filosofi agama, angka 0 bisa
diartikan sebagai kembalinya diri terhadap penyucian jiwa dan ketulusan hati,
sehingga 0 merupakan titik keikhlasan dan penyerahan, mengosongkan dan
merendahkan diri di hadapan Tuhan. Keikhlasan ini menjadi dasar tumbuhnya upaya
untuk menjaga hati dari penyakit hati, mengikhlaskan hati untuk memaafkan dan
menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam diri dan hidup kita, bahkan
memahami kekurangan orang lain.
Arti angka 0 dalam
kehidupan sehari-hari
Dalam
kehidupan sehari-hari, angka nol memiliki arti dan peran penting dalam hubungan
sosial kita, hubungan vertikal dan spiritual kita dengan Allah SWT, serta
berperan banyak dalam perhitungan dan penghitungan nilai materi dan keadaan
yang kita hadapi. Kita mungkin sering mendengar istilah “kembali ke titik nol”
yang dapat menggambarkan sebuah kondisi keterpurukan, musibah hingga bentuk
kepasrahan dan penyerahan atas kehendak terbaik Yang Maha Berkehendak. Hal ini
memberikan makna bahwa titik nol tersebut merupakan awal atau bahkan hakikat
hidup manusia yang sebenarnya, tidak memiliki apa-apa karena semua yang melekat
pada dirinya hanyalah titipan semata-mata saat menjalankan peran kehidupannya.
Dengan demikian, angka 0 memiliki arti dan berperan dalam meningkatkan
kehidupan ruhani kita.
Pada
moment tertentu, kita juga mungkin pernah mendengar kalimat “dimulai dari titik
nol ya” Kalimat seperti ini begitu akrab selama bulan Suci Ramadlan dan masa
Idul Fitri khususnya sebagai sebuah standar operasional prosedur Pertamina
Pasti Pas. Berkaitan dengan hal ini, angka nol dapat kita artikan dan kita
makani sebagai kembalinya hati kepada kesucian, memulai kembali hubungan yang
terbuka, saling memaafkan dan berupaya untuk tidak saling menyakiti. Angka 0
memili esensi fitrah dan urgensi membuka maaf di hati, memperbaiki setiap
kesalahan dengan sesuatu yang lebih berguna dalam mengelola hubungan
interpersonal (sosial) dan intrapersonal kita. Tidak salah jika kita
persepsikan Ramadlan dan Idul fitri sebagai momentum untuk menginsyafkan dan
mengingatkan kita akan pentingnya mengembalikan kondisi hati dan jiwa kita
kepada titik nol agar kita mampu memahami hidup dan hati kita secara utuh
sebagai makhluk-Nya sepanjang waktu yang diberikan-Nya.
Dalam
penghitungan sehari-hari, angka nol yang hadir berurutan merupakan sebuah
kelipatan, bisa berlipat makin kecil atau makin besar. Misalnya, 0.1, 0.01,
0.001 dan seterusnya, semakin banyak angka 0 di depan angka yang diikutinya,
maka semakin kecil nilainya. Sebaliknya, semakin banyak angka 0 mengikuti angka
(1,2,3,4,5,6,7,8,9) di depannya baik tunggal maupun tidak, maka semakin tinggi
nilainya. Misalnya, dalam sistem keuangan dan penilaian materi, angka 0 yang
menempati 6 digit setelah angka 1 di depannya (1.000.000) tentu lebih besar
nilainya daripada 1.000 atau 300.000. Hal ini menunjukkan arti bahwa angka 0 meskipun
berarti kosong akan bernilai jika menyertai angka-angka lainnya dan membentuk
sebuah kelipatan, baik kecil maupun besar.
Dengan
adanya angka 0, kita akan memahami arti penting 1,2,3…, sehingga kita mampu
menghargai, memahami, menyikapi kekurangan dan ketidaksempurnaan sebagai bagian
dari proses kehidupan yang dalam kondisi tertentu memiliki kebergunaan dan
kebermanfaatan dalam menjalani kehidupan kita.